Banyak perubahan sejak hamil hingga bayi lahir, yang membuat seorang ibu menjadi wanita super kuat. Anda juga mengalami?
Punya anak balita, pasti membuat sang ibu super sibuk. Coba lihat, selagi menyiapkan bubur tiba-tiba si kecil pup. Setelah tubuh si balita bersih, ia harus segera disuapi. Baru suapan kedua, eh mulut mungil itu menyemburkan buburnya mengotori baju yang baru saja diganti. Alamak! Lantai pun kotor kembali.
Selesai? Belum! Giliran berikut, siapkan blender bikin jus buah, sementara kompor dinyalakan memasak air untuk mandi. Usai meminumkan jus, anak bersiap-siap dimandikan sebelum hari terlalu sore. Kerepotan makin menjadi ketika anak sakit. Seorang ibu tiba-tiba saja sanggup begadang sampai pagi menjaga anak yang rewel.
Pasti ada “sesuatu” yang membuat seorang ibu bisa sekuat itu. Katherine Ellison, ibu dua anak dan penulis buku The Mommy Brain: How Motherhood Makes Us Smarter, dalam sebuah wawancara dengan Amanda Bower dari majalah Time, punya penjelasannya. Menurut Ellison, anak selalu menantang sumber daya mental seorang ibu. Anak memaksa ibu untuk tumbuh secara mental, dan setiap hari belajar untuk menjadi cerdas secara emosi.
Proses kehamilan mampu 'merombak' motivasi, cara mengatasi stres dan keterampilan sosial atau kecerdasan emosi seorang ibu menjadi lebih tinggi ketimbang sebelum ia hamil.
► Pengaruh hormon. Dua orang neuroscientist dari Virginia, Craig Kinsley dan Kelly Lambert juga punya penjelasan rasional. Kedua ahli neuroscience ini pernah bekerja sama dengan para calon ibu tikus. Tikus-tikus yang sedang hamil ditelitinya. Ternyata selama hamil, pada calon ibu tikus itu tumbuh syaraf-syaraf dendrit baru (bagian dari syaraf di otak) yang membentuk sinap-sinap sehingga ketika anak mereka lahir, ibu-ibu tikus ini bergerak lebih efisien dalam merawat bayi-bayi mereka dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Ada dua hormon yang mempengaruhi:
► Estrogen. Peningkatan hormon ini selama hamil berdampak meningkatkan kemampuan ibu untuk melakukan multi task yang dibutuhkan dalam merawat anak. Mutli task ini memudahkan ibu untuk mengenali beberapa peran dan tugas penting sehingga ia dapat berfungsi efisien dalam satu kerangka waktu tertentu. Dampak dari multi tasking ini adalah fleksibilitas yang lebih besar dalam mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan lingkungannya.
► Oksitoksin dan prolaktin. Peningkatan kedua hormon ini bukan sekadar memenuhi kebutuhan melahirkan dan menyusui. Peningkatan kedua hormon ini menjadi neurotransmitter yang berkaitan dengan kemampuan untuk membangun rasa percaya dan kemampuan untuk belajar. Kelahiran bayi, dan tuntutannya yang serba segera itu, membuat otak para ibu menjadi 'otak ibu': belajar mengenali kebutuhan bayinya dan menyerap aneka informasi sehubungan dengan bayi. Dampaknya adalah, ibu itu membenamkan diri dalam lingkungan dan bahasa yang baru.
Pelajaran baru itu mengarahkan ibu untuk meningkatkan penampilannya, dan efisiensi dapat meluas pada area kehidupan lain, termasuk di tempat kerja. Jadi, proses menjadi ibu merupakan sebuah proses memperkuat pikiran dan mental, juga kekuatan fisik
Sumber : ayahbunda.co.id